DENPASAR, INFONEJANI.COM – Umat Hindu di Bali hari ini memperingati Rahina Saraswati, momen sakral yang dipercaya sebagai turunnya ilmu pengetahuan suci dari Dewi Saraswati. Namun, setiap kali perayaan ini tiba, pertanyaan klasik kembali mencuat di tengah masyarakat: “Benarkah pada hari Saraswati dilarang membaca buku?”
Rahina Saraswati selalu dirayakan dengan penuh khidmat, khususnya oleh kalangan pelajar dan akademisi. Tetapi, masih banyak generasi muda yang bingung soal tradisi larangan membaca buku pada hari ini.
Penjelasan tentang hal ini sebenarnya sudah tercantum dalam Lontar Sundarigama, salah satu pustaka penting dalam ajaran Hindu. Tradisi ini juga dilestarikan dan dijelaskan oleh para sulinggih, pemuka agama, dan akademisi Hindu.
Menurut Lontar Sundarigama, ada Brata Saraswati yang mengatur tata laksana pemujaan. Disebutkan bahwa:
- Pemujaan Dewi Saraswati dilakukan sejak pagi hingga tengah hari.
- Selama rentang waktu itu, umat Hindu tidak dianjurkan membaca atau menulis, khususnya teks suci seperti Weda, Smrti, Itihasa, Purana, maupun lontar-lontar keagamaan.
- Setelah lewat tengah hari, umat justru diperbolehkan membaca dan menulis kembali. Bahkan, pada malam harinya dianjurkan menggelar Malam Sastra dan Sambang Samadhi, yaitu kegiatan mendalami ilmu pengetahuan dan spiritual.
Larangan ini bukan untuk menjauhkan umat dari ilmu, melainkan sebagai bentuk penghormatan pada Dewi Saraswati. Pada pagi hingga siang hari, umat difokuskan untuk sembahyang, mengaturkan banten, dan memuja turunnya ilmu pengetahuan.
Larangan membaca buku pada Hari Saraswati ternyata hanyalah mitos jika diartikan berlaku seharian penuh. Faktanya, setelah tengah hari umat Hindu boleh membaca buku, terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan umum. Yang dibatasi hanya membaca pustaka suci pada waktu tertentu.
Perayaan Saraswati sebaiknya tidak berhenti pada ritual semata. Seperti yang disampaikan para tokoh Hindu, ilmu tidak akan datang hanya dengan menaruh sesajen di atas buku, melainkan melalui semangat belajar yang konsisten.
“Rahina Saraswati adalah momentum mengingatkan kita untuk tetap menghormati ilmu pengetahuan. Jangan hanya mebanten di buku, tapi jarang membuka dan mempelajarinya,” begitu pesan yang kini banyak digaungkan.(*)